MEDAN|HALOMEDAN.CO
Seorang jurnalis harus bisa menembus narasumber dalam tugas peliputannya. Untuk menembus narasumber tersebut diperlukan jaringan lobi yang luas. Maka itu, seorang jurnalis perlu bersosialisasi dan menjalin hubungan intensif dengan orang-orang dilingkungannya.
Hal ini seperti yang dikatakan PU/Pimred Harian SUMUT24, Rianto Ahgly SH, saat menjadi pembicara dalam pelatihan jurnalistik yang dibuat Suratkabar Bumantara dengan tema “Satu Hati Menempah Jurnalis Muda Idealis” yang diadakan di R&F Coffe di Jalan Sei Batang Hari Medan, Sabtu (29/1).
Acara ini juga turut menghadirkan beberapa narasumber seperti Tokoh Pers Sumatera Utara As Atmadi, Komisi Informasi Provinsi (KIP) Sumut, Robinson, Ketua Serikat Perusahaan Suratkabar (SPS) Sumut, Farianda Sinik, Ketua PWI Sumut, Hermansyah, dan Ketua Ombudsman Perwakilan Sumut Abyadi Siregar.
“Jurnalis harus menjalin hubungan intensif dengan orang-orang disekelilingnya, mulai dari teman, masyarakat, kepling, pejabat, dan lainnya, untuk bisa membangun sebuah jaringan. Dari sinilah nanti lobi-lobi untuk menembus narasumber itu bisa dilakukan. Yang pasti seorang jurnalis harus sering bersosialisasi, dan meminta kontak narasumber,” cetus Rianto, dihadapan puluhan peserta pelatihan jurnalistik.
Pria yang akrab disapa Anto Genk itu menambahkan, dalam melobi narasumber seorang jurnalis juga harus pandai mengendalikan emosi, tidak mudah tersinggung, dan gigih mencari sumber-sumber alternatif lainnya.
“Lain cerita jika kita sudah bertemu narasumber langsung, namun narasumber itu diam atau tak mau menjawab ketika ditanya, maka kita tetap bisa membuat berita tersebut,” katanya.
Hal senada juga dikatakan As Atmadi. Menurutnya, jurnalis itu bekerja pakai kaki, artinya seorang jurnalis itu harus turun langsung ke lapangan untuk melihat kebenaran fakta itu sendiri.
“Membuat berita itu harus berdasarkan fakta, jadi seorang jurnalis tidak boleh membuat berita hanya karena mendengar dari orang lain, tetapi ia harus turun langsung melihat faktanya,” ujarnya. (W07)
Baca Juga: