halomedan.co | Pilgubsu 2018 sudah semakin dekat karena akan memasuki masa pendaftaran Cagubsu-Cawagubsu dari Partai politik pada awal Januari 2018. Gubsu Tengku Erry Nuradi sudah didukung Partai Nasdem, PKB, PKPI dan Golkar. Diprediksi, Erry akan mendapat dukungan dari dua parpol lagi yakni PDIP dan PPP.
Sementara lawannya yang kuat dan sudah mendapat dukungan parpol adalah Edy Rahmayadi, mantan Pangkostrad yang sudah resmi pensiun dini dan bertekad bulat maju cawagubsu 2018 untuk memajukan Sumatera Utara. Bahkan hingga saat ini, dua parpol resmi menyatakan dukungannya ke Edy Rahmayadi, yakni PAN dan PKS. Diprediksi, Edy Rahmayadi akan mendapat dukungan dari Hanura, Gerinda dan Demokrat. Pengamat Sosial Politik Osril Limbong , Selasa mengatakan, Erry dan Edy sangat berpeluang bertarung Head To Head di Pilgubsu 2018 mendatang.
Lebih lanjut diprediskinya, keduanya sama-sama punya kekuatan (power) masing-masing. “Erry Nuradi hingga malam ini sudah didukung empat parpol yakni, Golkar, Nasdem, PKB dan PKPI dengan jumlah kursi sementara 28 kursi. Dan diprediksi mendapat dukungan dua parpol lagi, yakni PDIP dan PPP yakni 20 kursi. Sehingga diprediksi akan mendapat dukungan 6 parpol dengan jumlah kursi di DPRD Sumut mencapai 48 kursi,” ujar Osril Limbong .
Sementara pesaing ketatnya Edy Rahmayadi hingga tadi malam baru dua parpol yang resmi mendukungnya maju di Pilgubsu nanti, yakni PAN dan PKS dengan jumlah 15 kursi sementara. “Saya prediksi, Edy Rahmayadi akan mendapat sokongan 3 parpol pendukung lagi, yakni Gerindra, Hanura dan Demokrat. Sehingga Edy maju dengan dukungan 5 parpol dan 52 kursi di DPRD Sumut,” ujar Osril.
Menurutnya, Sebagai Incumbent Erry Nuradi posisinya sudah duduk karena sudah didukung Partai besar, apalagi kekuatan-kekuatan mesin politik para partai politik pendukung menjelang dan sebelum Pilgubsu sudah bergerak sehingga kemenangan nantinya tak terbantahkan. Namun tak terbantahkan juga, dalam Pilgubsu 2018 nantinya bakal munculnya pasangan yang sengaja dibuat untuk memecah suara dan itu terjadi di beberapa Pilkada Sumut dan Kab/Kota.
Dalam politik itu biasa, karena pasangan tersebut dibuat tujuannya juga untuk mendukung calon kuat yang sudah ada deal-deal politiknya.
Lebih lanjutdikatakan Ketua Sumut Institute tersebut, begitu juga Partai Hanura dan Partai Demokrat masih belum jelas kemana arah dukungannya, namun sepertinya arah dukungan Demokrat masih fifty-fifty bisa ke Erry Nuradi bisa juga kepada Ketua DPD Sumut JR Saragih, namun semuanya berpulang kepada Ketua Umum Partai Demokrat Soesilo Bambang Yudhoyono.
Kenapa saya bilang fifty-fifty dukungan demokrat begitujuga Hanura, karena baik Hanura dan Demokrat punya. Hubungan benang merah dengan keluarga Erry Nuradi sehingga bisa-bisa saja pasangan Erry-Nurhajizah dilanjutkan dengan berbagai deal-deal politik demi benang merah tersebut.
Erry Nuradi dan Edy Rahmayadi, merupakan dua sosok yang memiliki kekuatan besar, cenderung berimbang. Sehingga, partai-partai yang belum menentukan sikap dukungannya, akan berkoalisi di antara kedua sosok ini,” timpal Pengamat Politik yang juga merupakan Akademisi UIN SU Faisal Riza.
Baca Juga:
“Sulit bagi partai lain yang belum menentukan arah dukungannya, untuk memunculkan calon alternatif. Sebab kekuatan kedua sosok ini sudah tidak terbendung lagi. Dalam kata lain, tidak ada sosok lain yang mampu menyaingi mereka sebagai calon gubernur,” jelas Faisal.
Persaingan di antara kedua sosok itu, ungkap Faisal, akan berjalan dengan sangat ketat. “Kemungkinan dan peluang makin sulit diprediksi karena persaingan yang ketat,” demikian Faisal.
Kuda Hitam Bakal Muncul
Sementara itu Pengamat Politik UMSU Shohibul Anshor Siregar mengatakan, kini pertanyaan besar setahunan lebih sudah terjawab. Bahwa Edy Rahmayadi serius dengan mundur atau pensiun dini dari TNI. Bahwa Edy tak dilarang oleh Panglima. Bahwa rencana Edy tak ditolak oleh Presiden. “Kita lihat bahwa sebetulnya nama ini sudah ada dalam peta, tetapi selama ini didukung dengan ragu oleh rakyat,” ujar Sohibul.
Lebih lanjut dikatakannnya, kini masih ada faktor yang bisa merubah peta, yakni pasangan ketiga selain Erry dan Edy. “Itu sebetulnya yang begitu berpeengaruh merobah peta alias munculnya kuda hitam,” tegas Sohibul Anshor.
(W03)