MEDAN - Banten menekuk Papua empat gol tanpa balas, dan usai laga, di tepi lapangan, Kusnadi meneteskan air mata. Kusnadi, pelatih Banten, tetap memimpin pemain-pemainnya bertanding di Gedung Serbaguna Universitas Negeri Medan (Unimed), Minggu (8/9/2024), meski beberapa jam lalu, Sabtu (7/9/2024) malam, mendapatkan kabar duka. Ayahnya meninggal dunia.
"Sebelum saya berangkat ke Medan ayah memang sudah sakit. Saya rutin menjaganya di rumah sakit. Waktu itu saya dihadapkan pada dua pilihan, tetap menunggu ayah di rumah sakit dan mundur dari tim, atau berangkat ke Medan. Saya sempat sampai pada pilihan yang pertama, tapi seluruh keluarga mendorong saya melaksanakan tugas ini," katanya.
Kepergian sang ayah, diakui Kusnadi, jadi pukulan berat baginya dan sangat mengganggu konsentrasinya menghadapi pertandingan-pertandingan akhir yang jadi penentu. Termasuk laga melawan Papua ini. Kusnadi mengakuinya sebagai pertandingan yang sangat sulit. Selain memang lantaran kualitas Papua, konsentrasi yang terpecah juga membuatnya sangat sulit untuk meracik strategi.
Kusnadi mengakui perasaannya masih campur aduk, masih tidak menentu. Namun keluarga mencoba menguatkan. Pun rekan-rekannya sesama pelatih dan juga para pemain.
"Terima kasih atas semua dukungannya. Hari ini kami menang, dan saya persembahkan kemenangan ini untuk almarhum ayah," ucapnya.
Kemenangan atas Papua memuluskan langkah Banten untuk jadi penantang di partai puncak. Lawan yang mereka hadapi kemungkinan besar adalah Jawa Barat (Jabar) yang belum terkalahkan.
Ditanya mengenai persiapan menghadapi Jabar, Kusnadi bilang tidak ada strategi khusus.
"Target kita sudah tercapai. Melawan Jabar di grand final, saya tidak akan menerapkan strategi khusus. Saya bilang ke pemain supaya lebih santai saja, sembari menjaga semangat dan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Menang atau kalah semuanya kita serahkan kepada Allah. Kami seluruh tim mohon doa masyarakat Banten agar bisa memenangkan pertandingan final untuk mempersembahkan medali emas," katanya.
Baca Juga: