JAKARTA I Halomedan.com
Ketua MPR RI sekaligus penerima Brevet dan Wing Kehormatan Penerbang Pesawat Tempur TNI AU dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menuturkan Pancasila sebagai pandangan hidup yang menjadi titik temu dan menyatukan beragam arus pemikiran, memiliki peran fundamental dalam mempersatukan bangsa yang majemuk dalam keberagaman suku, agama, budaya, dan bahasa. Pancasila terbukti mampu mempersatukan bangsa Indonesia dalam menghadapi beragam gelombang tantangan dan ujian sejarah, sehingga sampai saat ini Indonesia tetap berdiri kokoh sebagai bangsa yang besar.
Sebagai ideologi dan dasar negara, nilai-nilai Pancasila menjadi jiwa yang menginspirasi seluruh pengaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila menjadi sumber jati diri bangsa, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa.
"Pancasila juga menjadi landasan pokok dan fundamental bagi penyelenggaraan negara. Rumusan sila-sila Pancasila secara yuridis-konstitusional sah, berlaku dan mengikat seluruh lembaga negara, lembaga masyarakat serta setiap warga negara, tanpa terkecuali," ujar Bamsoet dalam Sosialisasi
Empat Pilar MPR RI bersama Persatuan Putra-Putri Angkatan Udara (PPPAU) di komplek MPR Jakarta, Rabu (26/6/24).
Hadir antara lain mewakili KSAU Marsekal TNI AU Mohamad Tonny Harjono, Asisten Potensi Dirgantara KASAU Marsekal Muda TNI Andi Wijaya, Asisten Potensi Dirgantara Komando Operasi Udara Nasional Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto dan Ketua Umum Persatuan Putra-Putri Angkatan Udara (PPPAU) Fastabiqul Khairat.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum dan Keamanan serta Wakil Ketua Umum FKPPI ini menjelaskan, Pancasila sebagai ideologi bangsa, sejatinya merupakan ideologi terbuka dalam menyerap berbagai nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun, di tengah tantangan global dan laju peradaban, baik saat ini maupun di masa depan, implementasi nilai-nilai Pancasila akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan dinamis.
"Derasnya arus globalisasi yang ditopang oleh pesatnya kemajuan teknologi informasi, telah menghantarkan begitu banyak ideologi alternatif yang masuk melalui beragam media informasi, sehingga yang mudah dijangkau oleh segenap anak bangsa. Misalnya masuknya paham radikalisme, ekstremisme, bahkan termasuk gaya hidup hedonisme dan konsumerisme. Selain itu, munculnya fenomena eksklusivisme sosial telah mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, serta gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA," kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menjelaskan, berbagai tantangan kebangsaan yang ada merupakan sebuah sinyal bahwa harus ada langkah-langkah serius untuk menguatkan nilai-nilai dan wawasan kebangsaan, khususnya kepada generasi muda bangsa. Karena generasi muda bangsa adalah sumberdaya manusia yang akan menjadi tumpuan dinamisator dan generator bagi pembangunan nasional. Di tangan generasi muda, wajah peradaban dan gambaran masa depan bangsa dan negara Indonesia akan ditentukan.
""Di sinilah pentingnya menghadirkan penguatan ideologi dan semangat nasionalisme bagi generasi muda bangsa. Tujuannya, agar tidak menjadi generasi yang cerdas dan terampil, tetapi miskin karakter, dan tercerabut dari akar budaya bangsanya sendiri," pungkas Bamsoet. (*)