MEDAN|HALOMEDAN.CO
Nama Sawahlunto tentu tidak asing lagi di dengar. Sawahlunto merupakan kota kecil di sebelah timur Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) yang cukup lekat dengan pertambangan batu bara.
Jika bicara soal batu bara, PT.Thomas Jaya Trecimplant Abadi adalah salah satu perusahaan pertambangan batu bara terbesar yang ada disana. Bayangkan, perusahaan yang dibangun sejak tahun 1997 itu, sedikitnya memiliki luas areal pertambangan 2.061 hektare.
Selain itu, ternyata yang menjadi Direktur dari PT.Thomas Jaya Trecimplant Abadi adalah seorang pria asal Medan. Pria itu bernama Yudha Ali Putra.
Dengan modal meneruskan usaha keluarga, Yudha Ali Putra pun harus bekerja keras dan terus belajar untuk bisa terus menghidupkan perusahaan itu, dan baginya hal itu bukanlah perkara mudah.
Saat ditemui di Medan, Yudha, mengaku PT.Thomas Jaya Trecimplant Abadi merupakan sebuah perusahaan yang dimiliki keluarganya sendiri. Dia masuk di perusahaan itu pada tahun 2001 dan diawali sebagai karyawan biasa.
Namun meski menjadi karyawan biasa, hal itu tak menyurutkan hatinya. Dia terus belajar tentang bagaimana cara memanajemen sebuah perusahaan. Hingga akhirnya tahun 2012 dia diangkat menjadi direktur PT.Thomas Jaya Trecimplant Abadi.
“Menjadikan perusahaan yang maju dan berkembang tentunya tidak mudah. Bermacam strategi, aksi korporasi, kekuatan bisnis, arus permodalan yang kuat serta dukungan akan terasa kurang apabila tidak hadirnya sosok pemimpin yang kuat, tegas dan berani. Saya bukanlah orang yang pandai dalam membuat atau mengolah batu bara, karena kita sudah menggaji untuk orang yang ahli dalam hal itu. Namun yang saya pelajari adalah tentang memanajemen sebuah perusahaan. Mungkin berawal dari situ keluarga percaya pada saya untuk menjabat sebagai direktur,” ujar pria lulusan sarjana Hull University Inggris.
Pria yang memiliki nama panggilan kecil Nano itu juga menambahkan, saat ini PT.Thomas Jaya Trecimplant Abadi dalam setahun bisa menghasilkan batu bara sebanyak 130.000 ton.
Baca Juga:
Dia juga mengaku, saat ini produksi batu bara miliknya hanya di pasarkan ke penyaluran kontrak kecil dan beberapa perusahaan PLTU di Sumbar. Hingga kini dirinya belum tertarik untuk mengekspor batu bara tersebut ke negara luar mengingat harga didalam negeri saat ini masih tinggi.
Yudha mengaku, mulanya kepikiran bisnis ini berawal dari orang tuanya yang kurang lagi memperhatikan tambang batu bara ini. Sebab orangtuanya saat itu lebih fokus dalam menjalankan usaha pembangkit listrik swasta.
“Ayah saat itu punya perusahaan pembangkit listrisk swasta, sehingga perusahaan tambang batu bara ini kurang ada yang memperhatikan. Lalu saya coba untuk menekuni usaha tambang ini. Nah, dari situlah awalnya,” ujar anak ke dua dari Bapak H.Indra Utama itu.
Menurutnya, mengembangkan usaha batu bara ini cukup menjanjikan hasilnya. Sebab ini merupakan hasil investasi jangka panjang ke depan. Tak hanya itu, mengingat saat ini di Indonesia masih mengalami krisis listrik tentunya batu bara sangat di perlukan oleh perusahaan pembangkit listrik sebagai bahan bakarnya. (Dio Utama)