Megawati Hadiri Peringatan 60 Tahun Kunjungan Kim Il Sung

Tamu kehormatan dalam kegiatan ini adalah mantan Presiden Indonesia yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Ia hadir didampingi putranya yang juga salah seorang Ketua PDIP Prananda Prabowo bersama Ketua Fraksi PDIP di MPR RI Ahmad Basarah.
Sejumlah pengurus PDIP lain yang juga ikut mendampingi Megawati, antara lain adalah I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Eriko Sotarduga, Jacob Soetoyo, dan Hanjaya Setiawan.
Dari Kementerian Luar Negeri hadir Penasihat Khusus Dirjen Asia, Pasifik, dan Afrika, Dino R. Kusnadi yang didampingi serta Kuasa Usaha Ad Interim Indonesia untuk Korea Utara, Riza Wardhana, Pangky Saputra, dan beberapa staf dari Direktorat Asia Timur.
Tamu VIP lainnya adalah Wakil Ketua Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amarulla Octavian, Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara Teguh Santosa, serta Direktur Grup Studi Juche Indonesia Teuku Rezasyah.
Acara dibuka dengan sambutan dari Chargé D'affaires Ad Interim Korea Utara, So Kwang Yun, yang menyampaikan rasa terima kasih atas kesediaan Megawati menghadiri kegiatan ini.
Kim Il Sung berkunjung ke Indonesia pada 10 sampai 20 April 1965, selain untuk menghadiri peringatan satu dasawarsa Konferensi Asia Afrika (KAA), kunjungan KIm Il Sung yang didamping Kim Jong Il juga merupakan kunjungan balasan setelah Bung Karno mengunjungi Pyongyang setahun sebelumnya.
"Hubungan persahabatan antara kedua negara yang telah dijalin Presiden Kim Il Sung bersama Presiden Sukarno, dilanjutkan dan kembangkan ke tingkat yang lebih tinggi oleh Pemimpin Besar Kim Jong Il dan Ibu Megawati Sukarnoputri," ujarnya.
Megawati berkunjung ke Pyongyang dan bertemu dengan Kim Jong Il pada tahun 2002 ketika ia menjabat sebagai presiden ke-5. Di tahun 2005, Megawati kembali ke Pyongyang.
"Hubungan ini akan semakin diperkuat dan dikembangkan dengan bunga Kimilsungia sebagai simbol abadi hubungan persahabatan antara kedua negara," kata So Kwang Yun.
Sementara Dino R. Kusnadi mengatakan, Korea Utara merupakan salah satu sahabat terdekat Indonesia di kawasan. Bunga anggrek Kimilsungia yang diberikan Presiden Sukarno kepada Kim Il Sung menjadi perwujudan dan simbol persahabatan abadi antara kedua negara.
"Saya yakin perayaan kita hari ini berfungsi sebagai pengingat penting bahwa masih banyak lagi yang dapat kita capai bersama agar Indonesia-DPRK dapat berkembang seperti anggrek Kimilsungia," kata mantan Wakil Dubes Indonesia di Tiongkok ini.
Adapun Amarulla Octavian menyampaikan rencana BRIN membangun semacam "taman diplomatik" untuk merawat dan mengembangkan bunga-bunga koleksi berharga seperti Kimilsungia. Dia mengatakan, bukan tidak mungkin akan ada kompetisi Kimilsungia baik secara nasional maupun internasional.
Saksi Sejarah
Megawati yang menjadi pembicara kunci dan terakhir mengenang kembali kunjungan Kim Il Sung di tahun 1965. Saat itu Presiden Sukarno memberinya tugas khusus untuk mengalungkan bunga kepada Kim Il Sung di Istana Negara.
"Saya berdiri di hadapan saudara sekalian, bukan hanya sebagai Presiden ke-5 Republik Indonesia atau Ketua Umum PDI Perjuangan, tetapi juga sebagai seorang anak yang menjadi saksi sejarah, seorang putri dari Presiden Sukarno, yang pernah melihat dari dekat bagaimana sejarah besar dijalin oleh tangan-tangan para pemimpin yang memiliki pandangan jauh ke depan," kata Mega membuka sambutannya.
"Ketua Kim bukan hanya tamu negara, dia adalah saudara seperjuangan kita. Sambutlah beliau seperti keluarga," ujar Mega lain meniru ucapan Bung Karno pada masa itu.
Mega mengatakan, kunjungan Kim Il Sung bukan sekadar seremoni diplomatik, melainkan sarat dengan makna solidaritas, perjuangan bersama, emosional, dan geopolitik.
"Presiden Soekarno dan Ketua Kim Il Sung memiliki kedekatan yang sangat dalam, bukan hanya sebagai pemimpin negara, tetapi sebagai sahabat seperjuangan dalam melawan imperialisme, kolonialisme, dan neokolonialisme," masih kata Mega.
Adapun Kimilsungia, sambung Mega, bukan sekadar bunga.
"Ia adalah simbol. Ia adalah kisah. Ia adalah lambang dari sebuah penghormatan tulus antarbangsa. Bung Karno menyebutnya sebagai bunga persahabatan yang tidak akan pernah layu. Hari ini, enam dekade kemudian, kita membuktikan kebenaran kata-kata itu," demikian Megawati.
Setelah sambutan Mega, acara berikutnya adalah menyaksikan pemutaran film dokumenter kunjungan Kim Il Sung yang diproduksi oleh pihak Korea Utara.
Di dalam film itu, selain kemeriahan penyambutan dan arti penting kunjungan Kim Il Sung, juga dapat disaksikan betapa Indonesia sebagai sebuah negara yang baru berusia 25 tahun ketika itu dapat menjadi salah satu pemain kunci di arena internasional.
Sebelum santap siang, Megawati didampingi So Kwang Yun berkeliling ruangan menyaksikan foto-foto yang dipamerkan di lokasi kegiatan. Red