Jumat, 14 Maret 2025

Adaptasi Perubahan Iklim dalam Perkebunan Sawit, Solusi dan Inovasi dari Cenipalma

Administrator
Sabtu, 01 Maret 2025 15:09 WIB
Adaptasi Perubahan Iklim dalam Perkebunan Sawit, Solusi dan Inovasi dari Cenipalma
Perubahan iklim menjadi tantangan besar bagi industri kelapa sawit,/ist
BALI - Perubahan iklim menjadi tantangan besar bagi industri kelapa sawit, khususnya di Kolombia. Ivan Mauricio Ayala Diaz dari Cenipalma mengungkapkan bahwa peningkatan suhu global, emisi gas rumah kaca, dan perubahan penggunaan lahan berdampak signifikan pada ekosistem, satwa, manusia, dan terutama tanaman kelapa sawit.

Dalam konferensi yang berlangsung selama tiga hari, dibahas berbagai tantangan yang dihadapi, termasuk meningkatnya serangan hama dan penyakit serta kelangkaan sumber daya.

Salah satu dampak utama adalah penurunan produksi per hektare akibat perubahan suhu dan tekanan lingkungan, yang mempengaruhi ekologi dan reproduksi tanaman sawit.

Penurunan hasil pembuahan, serta gangguan dalam penyerbukan oleh kumbang, menjadi perhatian utama, dengan contoh nyata di Kolombia yang menunjukkan dampak besar dari perubahan iklim ini.

Selama 15 tahun terakhir, epidemi yang menyerang kelapa sawit telah menyebabkan kerugian besar, dengan 168 ribu hektare perkebunan terdampak dan kerugian finansial mencapai 3,1 juta dolar. Situasi ini menegaskan perlunya strategi mitigasi yang tepat guna mengurangi dampak buruk perubahan iklim terhadap industri kelapa sawit.

"Konferensi ini membahas berbagai solusi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Cenipalma, sebagai pusat penelitian kelapa sawit di Kolombia, telah menerapkan berbagai inovasi agronomi untuk meningkatkan ketahanan tanaman sawit," ucapnya, Jumat (14/2/2025).

Misalnya terkait teknik agronomi dasar dan irigasi artifisial, Diaz mengaku, bahwa di Kolombia, penelitian kembali ke teknik agronomi dasar telah memberikan hasil positif. Beberapa eksperimen dilakukan di wilayah utara dan selatan untuk mengoptimalkan ketersediaan air.

"Irigasi artifisial diuji dengan tiga metode berbeda, dan hasilnya menunjukkan bahwa sistem dripper dapat meningkatkan panen hingga 90% dengan efisiensi air yang lebih tinggi," ungkapnya.

Kemudian, terkait konservasi kelembapan tanah dan pengurangan erosi, disampaikannya, bahwa tekhnologi konservasi kelembapan tanah diterapkan untuk menjaga produktivitas.

Upaya ini mampu menurunkan tingkat erosi hingga 50%, berkat kerja sama dengan para peneliti dari Belanda dan negara lainnya.

Dengan memanfaatkan teknologi pemetaan zona iklim, Cenipalma dapat menentukan lokasi paling cocok untuk menanam kelapa sawit. Strategi ini memungkinkan petani untuk menyesuaikan tanaman dengan kondisi lingkungan tertentu, meningkatkan efisiensi produksi.

"Perubahan suhu akibat perubahan iklim menuntut strategi baru dalam pembibitan. Cenipalma telah mengumpulkan data untuk mengidentifikasi kelompok tanaman sawit yang paling stabil dan tahan terhadap musim kemarau. Dengan early screening test mereka dapat mengembangkan bibit yang memiliki toleransi lebih baik terhadap kondisi ekstrem," paparnya.

Dalam upaya pemuliaan tanaman, Cenipalma menerapkan teknologi pemilihan genomik untuk memastikan varietas sawit yang lebih tahan terhadap perubahan iklim. Dengan memanfaatkan genetic markers, para peneliti dapat menentukan tanaman dengan gen yang lebih unggul untuk menghadapi tantangan lingkungan.

Dalam mitigasi perubahan iklim, efisiensi unsur hara menjadi faktor penting. Penelitian Cenipalma menunjukkan bahwa penggunaan amonium lebih menguntungkan bagi pertumbuhan sawit dibandingkan nitrat, karena meningkatkan biomassa secara signifikan.

Salah satu strategi utama menuju intensifikasi produksi adalah pengembangan OxG Hybrid. Di masa lalu, OxG Hybrid dipilih karena daya tahannya terhadap penyakit pangkal batang. Saat ini, 17 negara telah menanam OxG sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan tanaman sawit.

Perubahan suhu yang mencapai 40 hingga 50 derajat Celsius berdampak pada penyerbukan alami oleh kumbang. Penggunaan NAA (Naphthalene Acetic Acid) proses pertumbuhan buah yang tidak terpolinasi dapat dipulihkan agar buah tersebut bisa berkembang menjadi buah yang sehat dan normal, bukan menjadi buah partenokarpi yang tidak memiliki biji.

"Untuk mengatasi hal ini, Cenipalma mengembangkan teknologi penyerbukan buatan menggunakan NAA (naphthaleneacetic acid). Metode ini terbukti berhasil meningkatkan produksi buah sawit, terutama dalam jumlah tandan yang lebih banyak," pungkasnya.

Tentang ICOPE 2025

Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2025 adalah konferensi internasional yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali dan bertujuan menjadi platform ilmiah untuk pengembangan kelapa sawit berkelanjutan guna mengatasi tantangan lingkungan. ICOPE diselenggarakan bekerja sama antara Sinar Mas Agribusiness and Food, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, dan CIRAD Prancis. ICOPE yang akan datang dijadwalkan akan berlangsung di Bali Beach Convention, Sanur – Bali, pada 12-14 Februari 2025.rel

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Sumber
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru