Medan | halomedan.co
Tunggu kejutan Bank Sumut. Itulah kalimat terakhir Dirut Bank Sumut, Muhamad Budi Utomo, didanpingi Syahdan Ridwan Siregar, saat menerima PU/Pimred Harian Media Group SUMUT24 Rianto Ahgly SH dan Korlip Ayub Badrin, di Kantornya dalam wawancara khusus mengenai berbagai masalah yang tengah mencuat di masyarakat Sumut, Selasa (2/7/2019).
Kalimat, “tunggu kejutan bank sumut” itu bukanlah sebuah kalimat yang ditujukan buat gagah-gagahan. Kalimat itu lebih kepada intern bank yang kini berisia 57 tahun ini.
“Kita memang harus berubah dan terus melakukan inovasi-inovasi. Kalau tidak jangan harap kita akan bisa menjadi bank yang sesuai dengan keinginan milinial saat ini. Jadi kalimat itu, memang untuk kami di dalam sini. Lebih kepada kalimat untuk diri sendiri. Memacu kreatifitas kami di sini,” ujar Budi Utomo memulai percakapannya.
Menurut Budi Utomo dirinya merasa perlu untuk meluruskan kesimpang siuran mengenai terpilihnya menjadi Direktur Utama Bank Sumut. Sebab, seperti dituding DPRD Sumut Komisi A, Budi Utomo perlu mendapat pengawasan ketat lantaran dinilai kurang kredible dalam proses pengajuan namanya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Iya saya merasa perlu untuk menjelaskan kepada masyarakat supaya tidak ada pernyataan yang tendensius mengenai jabatan yang saya pikul saat ini,” ujarnya.
Budi Utomo membantah pernyataan legislatif yang bahkan meminta dirinya mundur dari jabatan Dirut Bank Sumut saat ini. Permintaan itu dinilainya tidak tepat sasaran, mengingat proses pemilihan Dirut di Bank tidak sama dengan pemilihan Dirut di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Saya kira pernyataan itu keliru. Apalagi sampai meminta saya mundur. Saya bekerja saja belum, kok sudah diminta mundur?” tambahnya.
Menurut Budi, semestinya legislatif tidak membuat situasi jadi kisruh. Mestinya memberikan kesejukan. Malah, lanjut Budi, yang mempunyai akses langsung ke Bank Sumut lebih koveratif.
Baca Juga:
“Saya inikan sudah melalui proses yang kredible. Dari RUPS (rapat umum pemegang saham, red) lalu diajukan ke OJK. Jadi bukan otoritas pemegang saham. OJK sendiri sudah tidak ada masalah. Jadi penunjukan seorang dirut di bank itu berbeda dengan BUMN yang ditunjuk oleh gubernur,” terangnya.
Inovasi ke Arah Milinial
Bank Sumut kata Budi Utomo berada pada kondisi nyaman. Setiap tahunnya mengalami keuntungan. Bagi bank Sumut mencapai keuntungan itu sangat memungkinkan. Lantaran Bank Sumut sudah mempunyai nasabah tetap.
“Tetapi jangan lantaran berada di kondisi nyaman dan dicintai masyarakat Sumut ini, kita tidak berinovasi. Zaman terus berkembang. Ini zaman milinial. Zaman kartu saja sudah mulai lewat. Sekarang zaman HP. Hidup ada dalam genggaman tangan kita. Ini harus kita sadari, kalau kita mau berkolaborasi dengan bank-bank lain yang sudah sangat modern,” jelasnya.
Membicarakan Bank Sumut memang agak rumit lantaran menyangkut banyak kepentingan. Tetapi kata Budi, berbicara bank itu berarti berbicara ekonomi. Akan sulit menjalankan perbankan apabila intervensi politiknya sangat kuat.
“Saya kan dari luar. Jadi saya profesional saja. Saya bilang pada kawan-kawan di sini, Bank Sumut harus menuju tbk. Akan menjadi kebanggaan nantinya pada anak cucu kita bahwa, pada masa kitalah Bank Sumut berkembang menjadi lebih baik,” ujarnya.
Maka untuk menjadi lebih baik, kata Budi lagi, Bank Sumut mau tidak mau harus mengikuti kemajuan zaman. Kini lanjutnya, Bank Sumut tertinggal 10 tahun bila dibanding bank-bank lain. Oleh karenanya ke depan, Bank Sumut harus tidak alergi untuk berkolaborasi dengan bank-bank lain.
“Ya bayangkan sampai sekarang ATM bank sumut belum berlaku buat transaksi apapun. Inikan kita tertinggal sepuluh tahun. Bank-bank lain itu sudah bisa melakukan hakl-hal yang milinial. Tetapi kita di sini kartunya belum bisa digunakan untuk transaksi apapun. Ini yang harus kita benahi,” kata Budi didampingi Sekretaris Bank Sumut Syahdan Ridwan Siregar.
Baca Juga:
Oleh karena itu lanjut Budi, Bank Sumut harus mengikuti perkembangan zaman. Siapaun nantinya Dirutnya harus mempunyai visi dan misi yang sama. Bukan berdasarkan kedekatan dengan gubernur. Sehingga dalam menjalankan program-programnya tidak tergantung dari like and dislike gubernurnya.
“Kalau itu yang terjadi akan sulit menjalankan roda perusahaan dan membangun sinergitas antar karyawan. Sebab angin intervensi politik menjadi sangat kencang. Jika begini akan sulit. Oleh karenanya Bank Sumut harus lepas dari intervensi politik dari pihak manapun. Kalau itu bisa kita lakukan, maka tunggu kejutan Bank Sumut!” tandasnya. (ayub/anto)